Silahkan chat dengan kami Admin akan membalas, mohon tunggu.
Bismillah, Ada yang bisa dibantu? ...
Mulai chat ...
Rumah Mleyok, Cikarang

Testimoni
"... pertama menggunakan arsitek online diliputi keraguan & was-was, namun ..."

Makna Garis Seorang Arsitek

Gempa Bantul - sumber : inilah.com
          Setiap tarikan garis yang dibuat oleh seorang Arsitek tidaklah sama dengan garis yang digambar oleh seorang anak yang menggambar sebuah rumah. Bahkan tidak sama pula dengan seorang desainer grafispun ketika membuat suatu 'image' untuk suatu karya desain grafis.

          Seorang Arsitek ketika mulai menorehkan garis - entah di komputernya dengan program sofware gambar yang canggih atau di secarik kertas kumal yang setiap saat dibawanya untuk menuangkan ide - maka segala pikiran dan konsentrasinya terpusat kepada tarikan garisnya tersebut. Kenapa kok perlu konsentrasi sekali ? Memang demikian, karena seorang arsitek ketika membuat garis dalam desainnya maka yang terpikir olehnya adalah banyak hal. Dia akan membayangkan pada saat itu bagaimana rasanya bila tinggal di dalam ruang bangunan yang dia desain.

          Terkhusus bangunan rumah tinggal, karena manusia sebagian besar waktu hidupnya adalah di dalam rumah. Maka, janganlah sampai suatu rumah tinggal tersebut membuat tidak betah di dalamnya. Janganlah rumah membuat suasana yang tidak menentramkan hati. Tapi rumah hendaklah menjadikan jiwa pemiliknya menyatu dengan rumahnya. Rumah menjadikan tempat sumber inspirasi.

          Rumah menjadi belahan jiwa. Hmm ...Anda tidak percaya ?
Kita lihat buktinya. Apakah Anda masih ingat gempa yang sangat dahsyat pada beberapa tahun lalu di Jogja ? Ya ..betul gempa bumi yang telah meluluh lantakkan Daerah Istimewa Jogjakarta khususnya berpusat di daerah Bantul.
Rumah-rumah rakyat hancur lebur. Dan gempa bumi tidak terjadi hanya sekali. Tetapi gempa bumi kecil susul menyusul. Sehingga pada waktu itu manusia tidak berani tinggal di dalam rumah-rumah mereka. Sehingga mereka mendirikan tenda-tenda di luar rumah. Sehingga kalau terjadi gempa bumi yang sekonyong-konyong datang maka, orang-orang tidak khawatir tertimpa runtuhnya rumah-rumah mereka. Beberapa dari mereka sudah ditawarkan untuk tinggal di tempat-tempat sementara yang di sediakan pemerintah. Tapi apa yang terjadi? Mereka tidak mau bergeser sedikitpun dari rumah-rumah mereka. Bahkan dari sebagian orang tua-orang tua mereka ada yang berkata, "Biarlah  saya mati di rumah saya ...". Begitu cintanya mereka terhadap rumah-rumah mereka. Karena rumah telah menyimpan kenangan yang begitu melekat di sanubari mereka.Sehingga mereka rela mati di rumah-rumah mereka.

           Nah, kita kembali ke topik. Kalau begitu tentu sang Arsitek dalam mendesain rumah dia harus membayangkan bahwa dialah pemilik rumah tersebut. Seolah-olah dialah yang akan tinggal di dalamnya. Padahal sang calon penghuni rumah bukanlah seorang arsitek. Calon penghuni adalah seseorang dengan status yang berbeda dengan arsitek. Mungkin dia seorang pedagang kain batik, boleh jadi dia seorang dokter, bisa juga dia seorang pegawai pemerintah, dan sebagainya. Sehingga seorang arsitek haruslah mampu memposisikan dirinya seolah-olah dia menjadi diri calon penghuni rumah. Belum lagi misalnya seorang dokter yang satu tentu lain pula dengan dokter yang lain dalam hal karakter atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-harinya. Begitu rumitnya. Ini baru kita lihat dari satu sisi.

           Dalam menggambar desain rumah arsitek juga harus memikirkan dari segi struktur konstruksi bangunan. Apakah bangunan rumah tersebut sudah cukup kuat sehingga aman untuk ditinggali. Dalam hal ini arsitek juga merancang ruang-ruang dengan bentuk, komposisi dangan ruang yang lain, dimensi yang efektif dan efisien dalam masalah konstruksi dan biaya bangunan tentunya.
Belum lagi perlu dimasukkan permasalahan jalur-jalur listrik termasuk posisi-posisi saklar yang ergonomis. Jalur-jalur air bersih, berupa posisi-posisi kran beserta penentuan sumber airnya. Jalur-jalur air kotor, berupa posisi-posisi tempat pembuangan air cucian, air kamar mandi dan WC.

           Dari semua itu Arsitek masih dituntut untuk menghasilkan produk desain rumah yang nyaman. Rumah tinggal yang tidak panas. Rumah tinggal dengan udara sejuk di dalamnya. Arsitek harus juga mendesain rumah yang tidak gelap. Rumah yang tidak silau karena terlalu banyak cahaya yang masuk menerobos jendela-jendela rumah. Arsitek harus juga memperhatikan dari segi kebisingan. Rumah selain membuat tenang di hati, juga harus membuat tenang dari segi kebisingan. Rumah terkadang membutuhkan ruang-ruang yang tenang. Ruang-ruang seperti ruang kerja haruslah jauh dari tempat-tempat yang berisik.

           Terakhir, di sinilah arsitek sering dinilai. Yaitu dari segi keindahan desain. Desain yang berhasil biasanya dilihat dari komposisi bentuk yang serasi dan proposional. Desain yang dihasilkan hendaknya indah menurut kebanyakan orang pada zamannya. Betapa sulitnya tugas seorang arsitek. Disaat dia memikirkan bagaimana suatu rumah aman dari segi konstruksi bangunan, nyaman pada rasa tubuh orang yang tinggal di dalamnya bersamaan itu pula dia harus memasukkan unsur keindahan pada bangunan tersebut.

          Nah, kita baru tahu sekarang bahwa produk gambar seorang arsitek ternyata mempunyai arti dan fungsi yang sangat dalam. Gambar yang di buat kalau kita lihat hanyalah garis-garis yang sebetulnya bisa dibuat oleh seorang anak yang bercita-cita menjadi Arsitek ! Tapi sangatlah berbeda arti dari suatu gambar rumah yang dibuat seorang arsitek denngan anak tadi.

          Untuk melengkapi posting ini maka, saya juga melampirkan daftar gambar suatu desain rumah yang harus dibuat oleh seorang Arsitek. Simak baik-baik...

  1. Gambar SITEPLAN atau disebut juga RENCANA TAPAK.
  2. Gambar DENAH yang banyaknya sesuai jumlah lantai bangunan.
  3. Gambar TAMPAK DEPAN
  4. Gambar TAMPAK BELAKANG
  5. Gambar TAMPAK SAMPING KANAN
  6. Gambar TAMPAK SAMPING KIRI
  7. Gambar POTONGAN yang jumlahnya sesuai kebutuhan. Makin rumit bentuk suatu bagunan, maka mkin banyak gambar POTONGAN yang perlu dibuat. Karena dengan gambar POTONGAN inilah pihak pelaksana dapat menjadikannnya acuan dalam pembangunan.
  8. Gambar RENCANA PONDASI
  9. Gambar DETAIL PONDASI
  10. Gambar RENCANA BALOK (BEAM) kalau rumah tersebut lebih dari satu lantai.
  11. Gambar RENCANA ATAP
  12. Gambar DETAIL ATAP jika dibutuhkan.
  13. Gambar RENCANA KUSEN PINTU dan JENDELA yang jumlahnya sesuai banyaknya lantai bangunan.
  14. Gambar DETAIL PINTU yang jumlahnya sesuai banyaknya tipe pintu yang didesain.
  15. Gambar DETAIL JENDELA yang jumlahnya sesuai banyaknya tipe jendela yang didesain.
  16. Gambar RENCANA INSTALASI LISTRIK
  17. Gambar RENCANA INSTALASI AIR BERSIH
  18. Gambar RENCANA INSTALASI AIR KOTOR
  19. Gambar DETAIL KAMAR MANDI & WC
  20. Gambar DETAIL DAPUR.
  21. Gambar DETAIL ARSITEKTURAL yang dibutuhkan.
         Semua gambar di atas kalau lengkap menurut pengalaman saya akan berjumlah mencapai 30 - 40 judul gambar. Banyak ya .... Maka dari itulah seorang arsitek tidaklah dapat mengerjakannya dengan waktu yang cepat kalau dia kerjakan seorang diri. Dia butuh menyewa tenaga gambar (drafter) dengan latar belakang pendidikan setara STM Bangunan agar dapat mencapai target selesai sesuai keinginan calon pemilik rumah (owner).

          Hmmm ...lalu bagaimana sorang arsitek bisa menyewa tenaga gambar kalau kompensasi yang diterima lebih rendah dari dari seorang mandor bangunan atau seorang tukang bangunan sekalipun ?

Semoga Bermanfaat.
Terima Kasih, Salam Sukses untuk Anda !

Rachmadi Triatmojo
Pendiri dan Arsitek sketsarumah.com
http://www.sketsarumah.com

Mau tahu Studionya ?
Silahkan klik http://www.sketsarumah.com/p/studio.html

Atau mau tahu langsung hasil-hasil karyanya ?
Silahkan klik http://www.sketsarumah.com/p/karya.html