Mengapa Aku Arsitek, Menulis dan Pembelajar?
Bismillah, ...
Ikuti yuk! KLIK /TAP:
Telegram: https://t.me/sketsarumah_com
Twitter: https://twitter.com/sketsarumah_com
Page: https://web.facebook.com/sketsarumahdotcom/
IG: https://www.instagram.com/sketsarumah_com/
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.
Maka sejak itu pula aku tancap gas, belajar, belajar dan belajar mengejar ketinggalanku. Dan anehnya dalam waktu singkat aku bisa menguasai ilmu-ilmu arsitektur yang terdapat pada mata kuliah-mata kuliah Arsitektur. Hal yang demikian membuat heran teman-temanku.
Tiada disangka-sangka, malahan di daerah inilah profesi Arsitekku lebih dikenal. Maka terwujudlah Rumah Putih di Jogja, Rumah Kelapa di Muntilan, dan rumah-rumah lainnya yang terus antri minta di desain. Akan tetapi, kesemua itu tentu jauh dari prestasi yang telah diukir arsitek-arsitek terkenal Indonesia seperti Ahmad Djuhara, Adi Purnomo, Eko Prawoto, Adi Wicaksono, Yori Antar, dan sebagainya.
Seseorang tak bisa lepas dari tabiat bakat yang telah ditakdirkan padanya. Seseorang akan dimudahkan kepada kemana ia cenderung. Walaupun ia berusaha ke arah lain, maka ia akan sulit menjalani sesuatu yang memang itu bukan jati dirinya. Namun sebaliknya, ia akan kembali lagi, dan kembali lagi kepada apa yang telah ditakdirkan padanya secara tabiat bakat tadi.
Dalam bahasa 'marketing', apakah ini yang namanya 'brand image' yang akan terbangun secara alami?
Ini suatu pengalaman nyata saja, dan ini sering sekali dialami oleh orang-orang pada umumnya.
Begini, ketika aku baru lulus dari jurusan Arsitektur Institut Sains dan Teknologi Nasional, di ibukota Jakarta aku melakukan hal yang biasa orang lakukan; yaitu mencari pekerjaan. Telah puluhan lamaran pekerjaan kulayangkan ke berbagai perusahaan.
Aku tidak mengatakan bahwa, aku berbakat menjadi seorang Arsitek, khususnya Arsitek untuk desain rumah. Namun, apa-apa yang aku ceritakan di sini adalah benar adanya. Dan aku meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala jika ada cerita yang menyimpang tidak sesuai dengan kebenaran.
www.sketsarumah.com, di Mujur, Kroya |
Dan cerita tentang aku ini, adalah bukti dari apa-apa yang mendasari bahwa, seseorang tak bisa lepas dari kecenderungannya (kalau memang terlalu arogan untuk dikatakan sebagai 'bakat').
Nah, sebelum cerita tentang aku terkait dengan profesi arsitek tadi, akan dijelaskan mengapa aku ceritakan ini semua.
Nah, sebelum cerita tentang aku terkait dengan profesi arsitek tadi, akan dijelaskan mengapa aku ceritakan ini semua.
Seseorang biasanya percaya pada seseorang, khususnya terkait dengan suatu profesi, kalau seseorang tersebut sudah pengalaman dan ahli dibidangnya.
Percaya apa tidak?
Ini suatu pengalaman nyata saja, dan ini sering sekali dialami oleh orang-orang pada umumnya.
Begini, ketika aku baru lulus dari jurusan Arsitektur Institut Sains dan Teknologi Nasional, di ibukota Jakarta aku melakukan hal yang biasa orang lakukan; yaitu mencari pekerjaan. Telah puluhan lamaran pekerjaan kulayangkan ke berbagai perusahaan.
Hasilnya? Nihil!
Akhirnya aku bisa bekerja di suatu perusahaan Australia yaitu SMEC - Kinhill, yang berdomisili di Jakarta dengan koneksi kakakku yang bekerja di situ. Lamaran tetap di kirim, tapi itu hanya formalitas. Aku sudah pasti diterima di perusahaan itu.
Hei! Menurutku, aku tak diterima di berbagai perusahaan kemaren-kemaren karena dalam surat lamaranku tidak tercantum 'pengalaman kerja'. Lha bagaimana tercantum, punya pengalaman kerja saja tidak. Jelas sudah sebabnya! Karena aku baru saja lulus. Dan bagaimana seseorang bisa berkembang kalau harus punya koneksi dulu. Hmm ... betapa malangnya orang yang tidak punya koneksi dan pengalaman kerja. Maka tidak heran jika ada seorang sarjana di ibukota ternyata dia seorang sopir bajay!
Hei! Menurutku, aku tak diterima di berbagai perusahaan kemaren-kemaren karena dalam surat lamaranku tidak tercantum 'pengalaman kerja'. Lha bagaimana tercantum, punya pengalaman kerja saja tidak. Jelas sudah sebabnya! Karena aku baru saja lulus. Dan bagaimana seseorang bisa berkembang kalau harus punya koneksi dulu. Hmm ... betapa malangnya orang yang tidak punya koneksi dan pengalaman kerja. Maka tidak heran jika ada seorang sarjana di ibukota ternyata dia seorang sopir bajay!
Lalu, bagaimana seseorang itu bisa diberi kesempatan untuk menunjukkan prestasinya jika tolok ukurnya ini? Begitu pula, bagaimana sketsarumah.com dengan sosok Rachmadi Tri Atmojo di balik layarnya dapat dipercaya jika timbangannya pengalaman kerjanya? Sebagian hasil karya sketsarumah.com memang adalah bukti. Namun, bukti ini kuakui ini sangatlah sedikit dibanding dengan prestasi yang telah dibuat oleh arsitek-arsitek kondang di Indonesia.
Maka, dengan latar belakang inilah, aku dengan keyakinan mantap bahwa, aku sangat-sangat berkepentingan banget menceritakan pengalaman 'kecenderungan'ku yang tak bisa aku lari dari bidang arsitektur rumah walaupun secara kwantitas sangat jauh dari pada arsitek-arsitek seusiaku.
Dengan mengetahui kisahku, setidaknya akan membangun rasa percaya Kamu yang mungkin akan menjadi Klienku, sedikit demi sedikit kepadaku. Harapan terakhir tentunya terjadi hubungan kerja yang saling memberi manfaat antara Kamu dan Aku dalam hal desain rumah Kamu.
Baik, kita mulai ...
Aku terlahir dari pasangan Rachmanu Subagio dan Titiek Pujowati di kota Apel, Malang pada tanggal setahun sebelum adanya G30S PKI. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Aku anak laki-laki satu-satunya dari 3 bersaudara ini. Belum sempat besar, pindah ke Surabaya di daerah Magersari.
Baik, kita mulai ...
Aku terlahir dari pasangan Rachmanu Subagio dan Titiek Pujowati di kota Apel, Malang pada tanggal setahun sebelum adanya G30S PKI. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Aku anak laki-laki satu-satunya dari 3 bersaudara ini. Belum sempat besar, pindah ke Surabaya di daerah Magersari.
Kemudian, karena ayahnya adalah seorang PNS Departeman Transmigrasi, dapat kemudahan menempati rumah temannya di kota Sidoarjo, Jawa timur. Di Sidoarjo inilah aku melewati masa kecilnya sampai klas 1 SD. Selanjutnya keluarga Rachmanu hijrah ke pulau Sumatra, tepatnya di kota Bengkulu. Aku melewatkan masa belajar tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di kota Bengkulu.
Ada satu peristiwa yang aku ingat sampai sekarang, yaitu;
Ada satu peristiwa yang aku ingat sampai sekarang, yaitu;
- ketika aku kelas 2 SD aku sudah mencoba menggambar perspektif suatu rumah tinggal. Dan aku bercita-cita menjadi insinyur Arsitek. Hal ini karena aku dibayang-bayangi oleh sosok figur pamannya yang ada di Malang. Pamannya ini adalah seorang Arsitek.
- Dan, satu lagi ketika SD itu - dan baru disadari setelah melihat rapor SD tersebut, kini - bahwa nilai mata pelajaran Mengarang yakni Menulis suatu wacana tulisan adalah: 9 (sembilan). Suatu prestasi tak dikira di usia kanak-kanak.
Kemudian setelah itu aku meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Atas di ibukota Jakarta. Lantas, berlanjut ke perguruan tinggi Institut Sains dan Teknologi Nasional. Aku di terima di Jurusan Arsitektur.
Nah, disini aku mau bercerita kenapa aku mengambil Jurusan Arsitektur. Aku mengambil Jurusan Arsitektur bukan semata-mata asal ambil saja. Kupikir, kalau main ambil jurusan yang ternyata bukan bidang yang disukai apa bisa lancar nanti kuliahnya? Oleh sebab itu, aku sebelum lulus dari SMA mencoba ikut Test Bakat di Jurusan Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta.
Mau tahu hasilnya?
Aku dianjurkan memilih Jurusan Arsitektur untuk pilihan pertama. Sedang untuk pilihan alternatif dianjurkan dalam hasil test tersebut untuk memilih Jurusan Seni Rupa.
Ketika aku kuliah di ISTN Jurusan Arsitektur, entah kenapa timbul perasaan kurang semangat dalam menjalani hari-hari kuliahnya. Dan ini aku rasakan bukan karena tidak cocok pada jurusan Arsitektur, tapi lebih kepada adanya permasalahan dalam kehidupannya.
Ketika aku kuliah di ISTN Jurusan Arsitektur, entah kenapa timbul perasaan kurang semangat dalam menjalani hari-hari kuliahnya. Dan ini aku rasakan bukan karena tidak cocok pada jurusan Arsitektur, tapi lebih kepada adanya permasalahan dalam kehidupannya.
Permasalahan apa sih? Berikutnya akan dikisahkan dalam Kelindan Kisah-kisah Nyata dengan judul "Meretas". Nantikan itu!
Menjelang akhir-akhir semester kuliahku, Ayahku berkata, "Kamu segera selesaikan kuliahmu, Bapak sebentar lagi pensiun, kalau kamu belum selesai kuliah, boleh jadi Bapak tidak bisa membiayaimu lagi".
DEGS! Tersentak seakan tersadar dari tidur panjang, maka aku segera sadar bahwa aku harus segera menyelesaikan kuliahku.
Maka sejak itu pula aku tancap gas, belajar, belajar dan belajar mengejar ketinggalanku. Dan anehnya dalam waktu singkat aku bisa menguasai ilmu-ilmu arsitektur yang terdapat pada mata kuliah-mata kuliah Arsitektur. Hal yang demikian membuat heran teman-temanku.
Hasilnya apa?
Aku lulus "cum laude" (terbaik) meninggalkan teman-teman satu angkatan yang bersama-sama mengajukan Tugas Akhir mereka. Bahkan lebih dari itu, mahasiswa terpandai waktu itu yang bernama Farminsyah Ucok (beliau saat ini sudah meninggal dunia) bertekuk lutut masuk ranking di bawahku.
Subhanallah!
Dari sini terbukti bahwa, kalau aku mendalami Arsitektur maka dengan mudah aku menyerap ilmu-ilmu arsitektur dan dengan mudah pula aku menyampaikannya dalam suatu bentuk penyajian.
Setelah lulus, aku bekerja di berbagai perusahaan dan lalu membuat usaha sendiri di bidang CAD (Computer Aided Design) Service dan Pelatihan CAD. Yang semua jabatan dalam perusahaan-perusahaan maupun usaha sendiri tidak sebagai Arsitek. Hanya saja pekerjaan masih berhubungan dengan Arsitek.
Setelah lulus, aku bekerja di berbagai perusahaan dan lalu membuat usaha sendiri di bidang CAD (Computer Aided Design) Service dan Pelatihan CAD. Yang semua jabatan dalam perusahaan-perusahaan maupun usaha sendiri tidak sebagai Arsitek. Hanya saja pekerjaan masih berhubungan dengan Arsitek.
Heran ya ..., memang terkadang kesempatan tidak berpihak kepada bakat seseorang. Terkadang ada seorang Marketing dalam suatu perusahaan ternyata dia seorang Sastrawan yang hobinya menulis. Terkadang seorang sopir taksi yang ternyata dia seorang sarjana. Ya itulah taqdir dari Allah Subhana wa Ta'ala.
Baik, kita balik lagi, disela-sela pekerjaanku yang bukan sebagai Arsitek tersebut, aku mencoba melamar sebagai Dosen Arsitektur di kampusku dulu. Langsung diterima, dan aku tahu ini bukan semata-mata pertemanan, karena Ketua Jurusan Arsitektur ISTN adalah temannya dulu satu angkatan.
Baik, kita balik lagi, disela-sela pekerjaanku yang bukan sebagai Arsitek tersebut, aku mencoba melamar sebagai Dosen Arsitektur di kampusku dulu. Langsung diterima, dan aku tahu ini bukan semata-mata pertemanan, karena Ketua Jurusan Arsitektur ISTN adalah temannya dulu satu angkatan.
Namun, ini semata-mata prestasi yang telah aku ukir waktu lulus dulu sebagai yang terbaik. Ya, mungkin kalau aku dulu tidak lulus yang terbaik belum tentu diterima di Arsitektur ISTN sebagai Dosen sederajat dengan dosen-dosen dulu waktu aku masih kuliah.
Kita lihat bukan? Aku dari awal lulus sampai aku menjadi Dosen ternyata tidak satu proyek desain pun aku dapatkan, walaupun hanya rumah tinggal.
Rumah Kenangan, termuat di media-media Nasional |
Kemudian dalam perjalananan karierku menjadi Dosen suatu saat kakakku menghubungiku, bahwa kakak itu akan membangun suatu rumah tinggal dengan konsep "Kenangan Masa Lalu bersama Nenek di Kampung Halaman".
Maka, akhirnya jadilah Rumah Kenangan di Jalan Tebet Barat X, Jakarta. Kakakku dan kontraktornya sangat senang dengan wujud hasil rumah itu ketika berdiri. Rumah dengan suasana "njawani di kampung halaman" di tengah hiruk pikuk Metropolitan. Rumah dengan suasana taman khas "ndeso jawa" yang penuh dengan tanaman hijau di tengah-tengah polusi Ibukota.
Tidak sampai disitu saja, setelah itu berdatangan media-media untuk meliput dan dimasukkan sebagai artikel khusus. Media-media itu seperti : Majalah Property, Majalah Griya Asri, Majalah Femina, Majalah Idea Edisi Khusus Rumah Etnik dan juga Indosiar TV, Trans TV, SCTV, dan Metro TV.
Alhamdulillah!
Padahal ini desain hasil karya yang pertamaku ... hmmm baru pertama saja begini, apalagi kalau berikutnya yang ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang lebih matang lagi? Aku tidak menjunjung dan menyanjung aku secara berlebihan. Ini adalah fakta!
Alhamdulillah!
Padahal ini desain hasil karya yang pertamaku ... hmmm baru pertama saja begini, apalagi kalau berikutnya yang ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang lebih matang lagi? Aku tidak menjunjung dan menyanjung aku secara berlebihan. Ini adalah fakta!
Lalu selanjutnya bagaimana karierku di bidang arsitektur ini? berarti aku telah memiliki modal dan kesempatan untuk menapak kepada prestasi yang lebih tinggi dan lebih bagus lagi.
Oh, ternyata tidak ... kembali kepada takdir dan realitas kesempatan tidak selalu datang dengan mulusnya. Aku tidak mendapatkan pesanan arsitektur akibat karyaku masuk media-media informasi. Malah Media-media itulah yang diuntungkan, dengan adanya bahan berita yang unik.
Akhirnya aku 'melacurkan' diriku. Aku berkhianat terhadap profesiku. Aku mencoba menjadi pengajar private CAD dari rumah ke rumah, dari mahasiswa satu ke mahasiswa yang lain. Bahkan aku mencoba berdagang herbal dan madu. Yang penting halal, kenapa harus malu. Namun, di tengah kesibukan dagangku itu, alhamdulillah aku mempunyai kegiatan sosial yang menyejukkan. Aku menjadi pengajar dan bagian pemeliharaan bangunan pondok pesantren untuk anak-anak di Rumah Belajar Ibnu Abbas, Depok.
Waktupun melesat, akhirnya aku dan keluarga pindah ke daerah Magelang oleh karena suatu sebab. Yaitu ingin dekat dengan tempat sekolah (pondok pesantren) anak-anakku agar mudah bila ingin menjenguk anak-anak. Ini dikarenakan Pondok Pesantren anak-anakku berada di daerah Jawa Tengah.
Waktupun melesat, akhirnya aku dan keluarga pindah ke daerah Magelang oleh karena suatu sebab. Yaitu ingin dekat dengan tempat sekolah (pondok pesantren) anak-anakku agar mudah bila ingin menjenguk anak-anak. Ini dikarenakan Pondok Pesantren anak-anakku berada di daerah Jawa Tengah.
Tiada disangka-sangka, malahan di daerah inilah profesi Arsitekku lebih dikenal. Maka terwujudlah Rumah Putih di Jogja, Rumah Kelapa di Muntilan, dan rumah-rumah lainnya yang terus antri minta di desain. Akan tetapi, kesemua itu tentu jauh dari prestasi yang telah diukir arsitek-arsitek terkenal Indonesia seperti Ahmad Djuhara, Adi Purnomo, Eko Prawoto, Adi Wicaksono, Yori Antar, dan sebagainya.
Apa yang telah terjadi, ini semua adalah dikarenakan kesempatan yang tidak berpihak padaku. Usia berjalan terus. Dan prestasiku tidak bisa mengejar ketinggalan waktu yang telah ditakdirkan melewati padanya. Dan, kalau masalah kecenderungan (bakat), Kamu sudah tahu semua dari cerita di atas bukan?
Nah, sekarang tinggal Kamu bagaimana maunya. Mau ber Hubungan Kerja mengenai desain rumahmu di sketsarumah.com dengan aku atau tidak? Seluruhnya telah aku beberkan, bahwa kecenderungan (bakat) itu memang ada pada sosok aku, hanya saja kesempatan kurang berpihak kepadaku. Dengan kata lain belum Allah Subhanahu wa ta'ala tetapkan sebagai rizqiku.
Nah, sekarang tinggal Kamu bagaimana maunya. Mau ber Hubungan Kerja mengenai desain rumahmu di sketsarumah.com dengan aku atau tidak? Seluruhnya telah aku beberkan, bahwa kecenderungan (bakat) itu memang ada pada sosok aku, hanya saja kesempatan kurang berpihak kepadaku. Dengan kata lain belum Allah Subhanahu wa ta'ala tetapkan sebagai rizqiku.
Terserah kepadamu, dan Kamu pada akhirnya nanti harus tunduk pada takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala juga, jika memang telah ditakdirkan bahwa Kamu akan menggunakan jasa desain rumahmu kepadaku. Karena rizqiku telah ditetapkan dan tak bisa tertukar ataupun aku tidak bisa merebut rizqi orang atau Arsitek lain.
Rezeki mah kagak kemane!
Oh iya, ada sedikit kelanjutan dari bakat Menulisku sejak SD yang telah sedikit disingkap di atas. Dengan keterampilan alami menulis, dan hobi membaca di waktu kecil, maka lahirlah dua blogku yang berikutnya, yaitu;
- Blog Belajar Menulis izzuka.com dengan tag: Belajar Menulis itu Asyik
- Blog Belajar Ilmu Syar'i belajar.icu dengan tag: Yuk! Belajar, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari
Wa alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu.
Eksplorasi Imaji Desain Rumah
Telegram: https://t.me/sketsarumah_com
Twitter: https://twitter.com/sketsarumah_com
Page: https://web.facebook.com/sketsarumahdotcom/
IG: https://www.instagram.com/sketsarumah_com/
WhatsApp: wa.me/6285100138746
10 komentar
"Akhirnya Rachmadi 'melacurkan' dirinya. Dia mengkhianati profesinya. Dia coba menjadi pengajar private CAD dari rumah ke rumah, dari mahasiswa satu ke mahasiswa yang lain. Bahkan Rachmadi mencoba berdagang herbal. Yang penting halal, kenapa harus malu."
pada alinea inilah maksud antum khan ... saya kutip lagi soale ada kejadian ada yang baca komen tanpa baca tulisan seluruhnya, trus kirim message ke saya ...jadi salah faham deh.
kalau dilihat dari sisi profesi Arsitek ... memang hina banget ya ... kok gak laku ...emang desainnya 'payah'? Dan di sini saya tekankan bahwa ada faktor lain kadang-kadang mengapa yang demikian terjadi. Yaitu : taqdir dan rizqi dari Allah subhanahu wa ta'ala. atau mungkin juga usaha kita yang belum maksimal ...
sebab harus tetep diusahakan walau banyaknya yang masuk ke perut kita sudah tertulis.
Well, saya bakal bangga sekali kalau suatu saat kelak rumah impian saya didesain oleh arsitek bernama Rachmadi Triatmodjo. Hmm, target saya sih paling telat 5 tahun lagi impian tersebut sudah bisa saya wujudkan, Pak. Minta doanya... ^_^
blognya unik dan keren :)
Gatut
@ Bung Eko ...saya doain mas ...Yassarallahu lak !
@ Yang lainnya ...terima kasih atas atensi dan dukungannya !
Ini mbak Dewi Kurtubi ya ?
Ya mudah2an jodoh rizqi nya..
Semuanya dalam pengaturan Allah. Tidak perlu khawatir semua sudah di tetapkan. Saya masih sibuk urusan ngungsi karena Merapi batuk2 pun sudah taqdir ...sabar dulu mbak ya...